Seminar COMPFEST yang bertajuk Women in Tech: Empathy and Design Thinking telah selesai dilaksanakan pada hari Minggu, 15 September 2019. Seminar yang dimeriahkan oleh tiga pembicara perempuan ini berjalan meriah dan antusiasme para Igniters sangat tinggi untuk memenuhi Auditorium Dr. Indro Suwandi, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Acara dimulai oleh pembukaan dari Ellyza Marthadicta, Project Manager Scrum Master di DigiTolk, selaku moderator di sesi tersebut. Beliau merupakan salah satu alumni Fasilkom UI. Setelah melakukan pembukaan terhadap sesi seminar, beliau kemudian mempersilakan para pembicara untuk mempresentasikan materinya.
Materi pertama dimulai oleh Ananda Nandya, seorang senior UX Researcher dari Tokopedia. Pada presentasinya, Anandya atau yang lebih sering disebut Nanda membagikan informasi mengenai UX dari sisi Psikologi. Beliau memang memiliki gelar di bidang Psikologi, sehingga beliau paham betul mengapa UX dekat sekali dengan sisi humanity. Dalam presentasinya, Ia menyatakan adanya teori Gestalt Laws, yaitu hukum atau teori di dunia psikologi yang menyatakan bahwa mata manusia memiliki berbagai kecenderungan dalam mempersepsikan sebuah elemen visual. Adanya hukum ini dapat membantu para UI Designer untuk menyederhanakan beragam bentuk yang kompleks menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti manusia.
Menurut Nanda, salah satu tantangan menjadi seorang UX Researcher adalah memahami orang yang kulturnya berbeda dengan beliau, contohnya bisa lewat hal sesederhana bahasa.. Nanda menyatakan bahwa persepsi masyarakat saat menggunakan bahasa lokal bisa saja berbeda dengan saat menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga penting bagi seorang UX Researcher untuk mengetahui medan yang akan diriset dan bagaimana kita harus membawa diri sebagai outsider.
Selanjutnya, giliran Aulia Chairunisa, UX Researcher Grab yang menyampaikan materinya. Aulia banyak bercerita mengenai pengalamannya melakukan riset dan user testing ke beberapa pedagang. Awalnya, Ia beranggapan bahwa sistemnya sudah mampu untuk menyelesaikan solusi para pedagang, tapi ternyata Ia mendapat insight bahwa belum tentu apa yang menurut Ia sudah sempurna juga sempurna di mata orang lain. Belum tentu pula apa yang Ia pikir usable, juga usable bagi orang lain. Hal ini lah yang disebut sebagai empathy, yaitu sebuah bagian di design thinking yang mengedepankan pemahaman kita terhadap orang lain dalam konteks desain.
Presentasi ditutup oleh Windi Romania, UX Lead Cashbac. Dalam presentasinya, Windi menampilkan sebuah diagram venn dengan tiga lingkaran bertuliskan Desirability, Feasibility, dan Viability. Di antara tiga lingkaran tersebut adalah Design Thinking, sebuah metode yang user-centric design (UCD), mudah untuk di implementasikan, namun juga tetep menguntungkan.
Setelah selesai presentasi, para peserta diperbolehkan untuk bertanya mengenai concern dan kebingungan mereka. Menurut Aulia, para peserta Seminar COMPFEST cukup semangat dan antusias dalam mengikuti acara, terbukti dari jumlah penanya dan varian pertanyaannya yang cukup beragam.
Pantau terus informasi mengenai COMPFEST selanjutnya melalui akun media sosial Twitter kami @COMPFEST, Instagram kami @COMPFEST, dan situs kami http://www.compfest.id (Editorial Marketing /Puspa)