Artificial Intelligence (AI). Sekarang, frasa tersebut lebih terdengar seperti trik untuk pemasaran, bukan sebagai suatu alat dalam teknologi informasi. Orang-orang mencap “AI” pada semua hal yang memungkinkan, dari sikat gigi mewah hingga mobil otomatis, dan tidak semuanya layak menerima cap tersebut. Memang beberapa sikat gigi otomatis yang elit menggunakan sensor cerdas untuk menentukan di bagian mana dia berada dalam mulut dan apakah Anda menggosok terlalu lama di satu area, tetapi untuk menyebutnya kecerdasan buatan adalah suatu hal yang menyesatkan. Frasa “Artificial Intelligence” sering kali disalahgunakan hingga kehilangan arti.
Sekarang ada Machine Learning. Machine Learning adalah cabang dari AI, yang berarti setiap Machine Learning pasti AI, tetapi setiap AI belum pasti Machine Learning. Istilah “Machine Learning” mungkin tidaklah sepopuler “AI”, intinya semua kemajuan signifikan dan hal-hal “keren” yang Anda dengar tentang AI sebenarnya masuk dalam kategori Machine Learning. Dari asisten virtual pribadi seperti Google Assistant dan Siri, hingga mobil otomatis, semuanya bergantung pada Machine Learning untuk bekerja.
Anda mungkin bertanya apa perbedaan AI dan Machine Learning. Machine Learning memiliki kemampuan untuk memodifikasi dirinya saat mendapatkan data lebih banyak. Singkatnya, seperti namanya, Machine Learning memiliki kemampuan untuk belajar secara independen dan tanpa campur tangan manusia. Asisten virtual pribadi akan mengingat ulang tahun nenek Anda saat Anda memberitahunya, tanpa perlu Anda program. Mobil otomatis dapat memprediksi ke mana mobil lain akan bergerak, memantau sekelilingnya, dan mengambil keputusan seperti pengemudi manusia. Seorang pegawai Amazon membuat sebuah pintu kucing yang akan mengunci sendiri saat mendeteksi kedatangan kucing peliharaannya dengan membawa mangsa di mulutnya. Hal-hal tersebut adalah contoh dari Machine Learning (Deep Learning untuk kasus mobil otomatis, yang merupakan bagian dari Machine Learning). Sekeren apapun sikat gigi robot terdengar, benda tersebut hanya menggunakan peraturan yang sudah ditentukan dan tidak belajar dari data baru untuk beradaptasi, jadi sikat gigi robot bukanlah wujud dari Machine Learning, setidaknya untuk sekarang. Di masa yang akan datang, mungkin akan ada sikat gigi yang akan memarahi Anda jika mendeteksi Anda memakan terlalu banyak makanan manis atau mengingatkan Anda mengenai kolestrol, entahlah.
Sejauh ini semuanya sangatlah baik. Machine Learning, dan ekstensinya, AI, sangatlah berguna hingga semua bidang yang dapat dibayangkan menggunakan mereka. Kesehatan, perang, seni, dan sains, semuanya diuntungkan dari kemajuan yang dibuat dengan AI. Namun, apa risikonya? Apakah ada? Walaupun banyak artikel AI menampilkan gambar terminator sebagai keluku, perjalanan sikat gigi robot untuk menjadi mesin pembunuh berakal masih sangat panjang. Meskipun Deep Learning terinspirasi dari otak, Deep Learning bukanlah otak manusia (cenderung seperti simpul yang saling terikat terinspirasi dari simplifikasi neuron otak) dan tidak berfungsi seperti otak manusia. Kita bahkan tidak yakin akan bisa membuat mesin berakal.
Namun, ada risiko lain yang lebih realistis dari ketergantungan berlebihan pada AI. Elon Musk, CEO SpaceX, sensasi meme internet dan secara umum orang pintar dan baik, percaya bahwa orang perlu lebih berhati-hati dengan AI. Di MIT pada tahun 2014, ia menyebut AI sebagai “ancaman eksistensial terbesar” manusia dan membandingkannya dengan “memanggil iblis”. Dia mengklaim bahwa perbedaan antara kecerdasan manusia dengan AI sebanding dengan kecerdasan kucing dan manusia, tetapi pernyataan ini telah menjadi kontroversi. Dia juga tidak sendirian dalam membunyikan alarm. Banyak ilmuwan, termasuk mendiang Stephen Hawking, setuju bahwa AI berbahaya. Musk juga menyatakan bahwa Google memiliki pengaruh terlalu besar di dunia AI dan percaya bahwa AI tidak boleh dimonopoli dan harusnya disebarkan secara merata.
Secara keseluruhan, untuk mengurangi potensi risiko AI, orang – orang harus tahu apa AI dan Machine Learning. Jelas bukan kata yang dapat digunakan secara asal dan dianggap enteng. Bahkan, diduga sekitar 40 persen “startup AI” di Eropa tidak menggunakan AI sama sekali. Ini berarti bahwa di luar dunia teknologi, frase “AI” dan “Machine Learning” (walaupun tidak separah AI) hanyalah cara orang untuk mengatakan “canggih”. Sebagai alat kuat yang dapat mengenali wajah, memprediksi lalu lintas yang akan datang, mengalahkan pemain-pemain catur terbaik, mengendarai mobil, dan banyak lagi, penting bagi orang-orang untuk mengetahui apa sebenarnya Machine Learning dan AI, sehingga kita dapat lebih memahami potensi risiko yang mungkin terjadi.
Pantau terus kelanjutan acara COMPFEST melalui media sosial kami di Instagram @COMPFEST, Twitter @COMPFEST, dan situs utama kami http://www.compfest.id (Editorial Marketing/Kyo)
Source:
https://www.theverge.com/tldr/2019/6/30/19102430/amazon-engineer-ai-powered-catflap-prey-ben-hamm
https://skymind.ai/wiki/ai-vs-machine-learning-vs-deep-learning
https://www.theverge.com/2019/3/5/18251326/ai-startups-europe-fake-40-percent-mmc-report